Call me freak. But I'm in a very very good mood today.Seriously.
Just because I opened http://SNMPTN.ac.id official site last night.
Yes people. I passed the SNMPTN exams (National exams for selection into public University). There were 540.953 participants throughout Indonesia. And only 119.041 could passed succesfully.
WOWW!!! [Shocked]
Being 1 of participants-who-passed brighten my mood. I accepted in the second option of three options I choose. Actually I wanna be an english teacher (1st option). But nope, I must try what I have.
Thanks so much GOD!
Alhamdulillah
click picture to enlarge
Hi university!
Next month will be busy...
hiks-hiks
Today's Quote:
"Dear GOD. Eventhough I didn't get "Pendidikan Bahasa Inggris" as my study, I really wish this is the best choice. Amin" -Aul Howler-
Aku adalah
Senja. Dan aku adalah Senja yang senja. Nah, dahi mu jangan berkerut dulu,
berusaha memahami apa yang baru saja kamu baca. Dengar dulu aku berkata-kata,
barulah kamu boleh melakukan apa saja, termasuk bingung atau tersenyum atau tertawa
atau mencela.
Ya, Senja adalah nama yang diberikan
almarhum orang tuaku untukku, putrinya yang paling bungsu. Nama lengkapku Dewi
Nara Senja. Nama yang bagus bukan? Ibu memanggilku Dewi, sedangkan ayah
memanggilku Senja.
Jujur saja, aku lebih senang dengan panggilan yang diberikan ayah.
Menurutku, panggilan ‘Dewi’ terlalu feminim. Tidak cocok untukku yang senang
memanjat pohon, berenang di sungai dan bermain layangan. Sedangkan ‘Senja’
terdengar lebih baik. Tidak begitu manis, tidak begitu ayu, dan lumayan sesuai
dengan karakterku yang menurut teman-temanku – hampir semuanya laki-laki –
sangat aneh. Aneh karena di waktu aku kecil dulu, sangat langka kejadiannya
gadis berkepang dua hampir tak pernah pakai rok. Yah, aku memang tomboy, kau
tahu.
Tapi sumpah, aku juga merasa lebih
senang dipanggil Dewi oleh ibuku, daripada panggilan yang diberikan teman-teman
padaku. Mereka menyapaku dengan ‘Inja’. Menjijikkan sekali bila mereka
mengolok-olok panggilanku dengan menambahkan huruf ‘T’ Sebelum ‘Inja’. Padahal
aku tak pernah bau, mengingat kakak-kakakku senang meracik minyak wangi
untukku. Yah, semua menyayangiku. Namanya juga anak bungsu
##~~<3~~##
Aku adalah Senja. Dan aku adalah Senja
yang senja. Senja untuk namaku, dan senja untuk usiaku. Begitulah, umurku sudah
69 tahun sekarang. Walau begitu, aku masih sanggup mengetik ratusan kalimat
lagi karena yah… Sejak umur 68 tahun dimana bicaraku mulai susah – bicara membuatku
amat lelah, dan aku lebih sering berbisik atau bicara terbata-bata – Zafi, cucuku, menghadiahiku sebuah komputer
dengan keyboard berkabel panjang.
Mulanya untuk membantuku menyampaikan apa yang susah ku ucapkan. Jadi,
orang-orang di sekitarku bisa mengerti apa yang kuinginkan, walaupun aku tak
bicara. Tapi, belakangan aku lebih sering menggunakannya untuk melakukan hal
lain: menulis – hobiku sejak masih SMA dulu – untuk diterbitkan di koran-koran.
Asal tahu saja, sebelum berusia senja, namaku cukup dikenal sebagai
penulis. Dan karena itulah, aku telah terbiasa menulis – atau mengetik haha.
Aku selalu menulis ‘TAMBAH MIL’ untuk Mila, gadis yang merawatku –
semacam pengasuh – bila aku telah menghabiskan semangkuk bubur ayam. Aku selalu
menulis ‘AYO KITA JALAN-JALAN KE TAMAN MIL’ bila aku bosan di kamar.
Hihi, sebenarnya aku merasa kasihan juga pada Mila. Ia selalu repot
mengurusiku, yang sudah tua dan mulai tak berdaya. Ia selalu mengantarkan
makanan untukku. Ia selalu merapikan tempat tidurku, agar aku bisa istirahat
dengan nyaman. Ia selalu mendorong kursi rodaku, bila aku ingin pergi ke
mana-mana. Ia bahkan tidak jijik, saat membantuku di toilet.
Dan Mila tak pernah mengeluh. Dia merawatku dengan tulus, walaupun aku
yakin Zafi tak menggajinya dengan layak. Well, aku memang tak pernah melihat
bagaimana cucuku itu menggajinya. Yang kutahu hanya ia membawa Mila ke rumah
setahun lalu. Masih segar diingatanku, saat itu ia berkata, “Nek, perkenalkan
ini Mila. Mulai hari ini dia yang akan merawat Nenek,”
Dan Zafi pergi meninggalkanku, hanya berdua dengan Mila, di rumah yang
besar dan mewah ini. Ya, Zafi memang berhasil dalam pekerjaannya. Ia melanjutkan
perusahaan yang diwariskan oleh almarhum putraku. Dan ia juga memiliki hak
milik atas butik terkenal yang diwariskan oleh almarhum menantuku.
Yang sedikit menyakitkan, Zafi – cucuku yang nakal itu – meninggalkanku
dengan alasan ingin menuntaskan pekerjaannya di luar kota, agar sesudahnya ia bisa tinggal lagi
bersamaku. Ia berjanji akan kembali di bulan April. Dan sekarang bulan April,
bahkan dua hari lagi April akan berakhir. Tapi agaknya belum ada tanda ia akan
datang. Apa benar ia akan datang?
Biarlah. Toh, aku terlanjur marah kepadanya, karena dia tak lagi
menyayangiku. Yang ada di pikirannya saat ini hanya uang-uang dan uang. Demi
uang ia rela meninggalkanku. Cucu macam apa itu! Huh!
Untung saja ia meninggalkan Mila bersamaku. Dan tulusnya kasih sayang
Mila padaku membuatku menyayangi gadis itu pula. Lebih dan lebih dari sayangku
kepada Zafi, cucuku sendiri, yang gila harta itu.
Mila selalu tersenyum manakala merawatku. Padahal hari-harinya kelabu
karena aku. Saat gadis-gadis lain sebayanya sudah menikah dan punya anak, ia
masih single, dan harus merawat wanita renta sepertiku sepanjang waktu.
Kasihan dia. Belum pernah kulihat ia kencan dengan pria manapun. Padahal
ia begitu cantik. Mungkin saja secantik diriku saat masih muda dulu. Eh bukan,
tentunya aku yang lebih cantik, walaupun aku lebih tomboy. Hihi.
“Nenek, Ada telepon dari Zafi. Mau bicara dengannya?”
Tiba-tiba Mila sudah berdiri di pintu kamarku yang selalu terbuka, sambil
menyodorkan handphone nya.
Dadaku berdebar-debar. Apa Zafi akan pulang? Atau, jangan-jangan dia
menelpon untuk memberitahuku bahwa ia tidak jadi pulang?
Melihatku diam saja, Mila bertanya lagi, “Nenek mau bicara dengannya?”
Aku mengangguk.
Mila mendekatiku dan menyalakan speaker handphone nya.
“Nenek…?”
Itu suara Zafi! Cucuku yang badung itu! Oh, mendengar suaranya saja aku
senang. Ternyata tidak benar kalau setahun ini aku membencinya. Aku
merindukannya.
“Ya…” Bisikku.
“Aku kangen Nenek. Apa aku boleh pulang sekarang?”
“Yaa…” Bisikku lagi.
Zafi tertawa, “Aku membawakan oleh-oleh. Sekotak rendang dan sekardus
apel kesukaan nenek Dan Nenek jangan terkejut kalau mendengar kabar baik, bahwa
aku akan segera menikah. Dengan restu Nenek tentu saja.”
Dadaku bergemuruh. Apa?? Menikah? Bagaimana bisa? Beraninya anak itu,
tiba-tiba berkata akan menikah! Bukankah aku harus menyeleksi dulu, siapa yang
boleh menjadi calon istrinya? Dia kan
cucu kandungku! Atau, apa dia pikir, dia bisa menemukan calon istrinya sendiri,
tanpa aku: Orang yang sudah tua dan sangat berpengalaman? Dia pikir ini dongeng
atau cerpen apa, menikah dengan seseorang yang ia tentukan sendiri? Seenaknya
saja!
“Nenek tak akan merestuimu,”
“Neneekk!!” Zafi berseru dari handphone.
“Beraninya kamu merencanakan pernikahan, tanpa sepengetahuan Nenek. Hanya
Nenek yang bisa memilihkan siapa yang cocok untuk menjadi pasangan hidupmu!
Jangan coba-coba anak muda! Nenek akan… Nenek… kk… Uhukk… uhuk…”
Kambuh lagi. Penyakit yang menggerogoti jasadku yang ringkih. Kelelahan
gara-gara bicara terlalu panjang, menimbulkan batuk, sesak nafas dan susah
bergerak. Nafasku mulai tersengal, dan Mila membantuku berbaring lagi di atas
ranjang.
Mila mengambilkan minum, dan beberapa teguk air membutku merasa lebih baik.
“Nenek jangan marah-marah begitu. Aku sedih melihat Nenek kesakitan seperti
ini,” Ujar Mila, lirih. Sebentar diusapnya tanganku, lalu ia merapatkan
selimutku.
“Tapi Zafi… Zafi… mau mm... nikah”
Mila tersenyum. “Bukannya dulu, nenek bilang akan bahagia bila Zafi segera
menikah menikah?” Tanyanya, sambil meletakkan keyboard ke atas selimutku, agar
aku berhenti bicara dan mengetik: Hal yang sangat kubutuhkan saat ini karena
aku kembali sulit bicara. Mila memang selalu mengerti keadaanku.
‘MEMANG TAPI BUKAN DENGAN WANITA SEMBARANGAN’
Mila tersenyum lagi, “Nenek tidak percaya pada Zafi? Dia kan
sudah cukup dewasa, Nek. Bukankah lebih baik bila dia sendiri yang mencari
calon pasangan hidupnya?”
‘PALING TIDAK DIA MENGENALKAN DULU CALONNYA KEPADA NENEK. AGAR NENEK TAU
WANITA ITU AKAN MEMBUATNYA BAHAGIA. BILA BOLEH BERKHAYAL NENEK INGIN WANITA ITU
MEMILIKI SIFAT YANG BAIK JUGA KEPADA NENEK, MAU MENYAYANGI NENEK, DAN MAU NENEK
SAYANGI... KIRA-KIRA SEPERTI KAMU, MIL’
Mila tersenyum. Lalu berbisik, “Terima kasih, Nek. Nenek adalah wanita
paling baik yang pernah Mila temui.” Kemudian dengan suara yang agak keras dia
menambahkan, “Ayo minta maaf pada Nenek! Gara-gara kamu Nenek sakit lagi!”
Aku bingung. Apa maksud Mila? Kepada siapa ia bicara? Kepadaku? Tapi
mustahil. Atau ia bicara dengan makhluk halus? Menyeramkan, tapi itu juga
mustahil. Sampai usiaku yang sesenja ini, aku tak pernah percaya kepada yang
namanya takhayul.
“Hehehe… Maaf Nek!”
Tiba-tiba Zafi sudah berdiri di pintu kamarku yang selama setahun ini tak
pernah kututup. Tanya kenapa? Karena aku selalu menanti cucuku itu datang,
berdiri di sana
sambil mengatakan ‘Aku Pulang,’
Dan ternyata dia memang berdiri di sana,
saat ini. Tampan sekali, dengan jas hitam dan dasi. Kedua tangannya menenteng
bawaan yang agaknya cukup berat.
“Aku pulang,”
Bintang jatuh! Harapan menjadi nyata!
Zafi menghampiri kami. Sebentar ia mengecup dahiku yang penuh kerutan,
dan membuat gerakan ingin mencium pipi Mila. Tapi Mila lebih dulu mengelak.
“Belum boleh,” Ujarnya sambil tersenyum.
Tinggal aku dan usiaku yang senja: melongo. Bingung.
“Jadi kapan aku bisa menikah?” Zafi mengusap rambutku penuh kasih. Aku
hanya diam. Mencoba memahami semua ini – yang sungguh, lebih membingungkan
daripada teka-teki silang. Belum lagi otakku pun sudah mulai senja, sesenja
umurku, sesenja namaku. Tidak. Aku tidak mengerti.
‘KAMU TDAK BOLEH MENIKAH DENGAN WANITA SEMBARANGAN.’
Zafi tersenyum lagi, penuh misteri. “Aku tahu, Nek. Jadi kapan aku bisa
menikah?”
Aku mengetik lagi, ‘KAMU BOLEH MENIKAH SETELAH NENEK MENGENAL WANITA ITU
DAN MERESTUI HUBUNGAN KALIAN’
Zafi berhenti tersenyum, ia tertawa. “Apa satu tahun belum cukup untuk
Nenek, mengenal calon istriku?”
Satu tahun? Apa maksudnya?
Mila mencubit bahu Zafi gemas, “Jangan bercanda lagi! Kasihan Nenek!”
“Hehe. Maaf sayang, maaf Nek.”
Pernahkah kamu mendengar petir di tengah hari yang cerah? Belum pernah?
Kalau begitu bayangkan saja: Kira-kira apakah kamu akan terkejut? Kalau
imajnasimu bagus, maka kamu akan bilang “Iya” dan kamu pasti mengerti bagaimana
rasanya. Dan tidak main-main, detik ini aku merasakan petir menyambar dalam
dadaku. DHUARR!! Aku terkejut.
Keyboard di atas selimutku merintih lagi, karena jemariku mengetik lebih
cepat dan lebih keras. ‘DENGAN MILA?? KAMU??’
Oke. Ini cukup memalukan untuk diceritakan. Tapi aku tak boleh berbohong
dan menutupi semuanya. Aku, Si tomboy Senja kesayangan ayahku, gadis berkepang
dua yang hampir tak pernah memakai rok, yang dulu senang memanjat pohon,
berenang di sungai dan bermain layangan: Menangis hanya karena cucuku
akan menikahi gadis baik yang setahun ini merawatku. Aku menangis terharu!
Kacau!
Dengan senyum yang berserakan, Mila bercerita padaku, tentang rencana
panjang yang disusun Zafi, cucuku yang nakal itu. Intinya adalah membuatku
mengenal Mila, sekaligus menyayanginya agar aku tak menolaknya bila kelak ia
menjadi istri cucuku. Cucu yang benar-benar menyayangiku, sampai-sampai ia tahu
kehendakku, bahwa aku tak menginginkan wanita manapun sebagai istrinya kecuali
yang kukenal, kusayangi dan menyayangi kami berdua. Alasan yang membuatnya
meminta Mila bersabar menunggu, setahun lamanya hanya untuk mencuri hatiku.
Dernyata ia sibuk setahun ini bukan karena gila uang. Ia malahan sibuk
menjual warisan almarhum anak-menantuku, dan menyumbangkan sebagian uangnya
untuk panti asuhan. Ia sibuk menghabiskan uangnya untuk membangun yayasan
kemanusiaan. “Tak ada gunanya banyak uang bila aku tak bisa membahagiakan Nenek
dan Mila. Lebih baik warisan Papa dan Mama untuk membahagiakan orang lain
saja.”
Tanganku gemetar, badanku sedikit lemas. Tapi tetap, dengan kesungguhan
seorang Nenek dan tekad seorang mantan penulis, kuletakkan jemariku di atas
keyboard dan mengetik.
‘KAU MENANG ANAK MUDA! KAU DAPAT RESTUKU!’
Zafi dan Mila tersenyum di hadapanku, menatapku dengan penuh kebahagiaan.
Segera ia memeluk jasadku yang kurasa mulai berbau tanah, sambil berbisik bahwa
ia rindu berat, padaku dan Mila. Dasar bocah. Aku juga rindu padamu, cucuku
sayang.
##~~<3~~##
Epilog
“Nenek Uyutt!”
Rizki memangilku, cicitku yang baru
3 tahun umurnya. Ya, anak dari pernikahan Zafi dan Mila 4 tahun yang lalu.
“Aku puyaang,”
Ujarnya sambil berlari dari pintu kamarku yang tak lagi pernah kukunci.
Sebentar ia naik ke atas ranjangku, dan mencium dahiku. Aku tak bisa bicara
lagi sekarang. Tapi aku masih bisa tersenyum, dan merengkuh cicitku itu. Bila
boleh berkhayal bicaraku masih lancar, ingin rasanya kuucapkan sebaris kalimat
pada Rizki. Sebaris saja.
“Seandainya Kamu tahu, Kamu sangat mirip dengan ayahmu anak muda!”
##~~<3~~##
Aku adalah Senja. Dan aku adalah Senja yang senja. Senja untuk namaku,
dan senja untuk usiaku.
Don't you think time just running out too fast? I still remember when I learned how to spell "I-N-I-B-U-D-I" yesterday, and now i'm eighteen! What the....
P.S.
As a birthday gift for my self, I created the new header, and changed the title of this blog :) And oh ya! I also build "The New Home Image". see it on header? LOL
hoho
I'm so sorry for too late replying your comments or too late following your blog back. my modem is getting bad. Now, it takes sooo long loading time, just for open BLOGGER.COM
But don't worry, I'll reply and follow back soon!
Keep my promise! :)
Happy Holiday!
Sebelumnya...
Maaf para tetangga yang baik. Saya agak telat nge-post nya. Yah, minggu ini barangkali minggu tersibuk dalam bulan juni. Ada banyak hal yang saya lakukan. Yaaa, walaupun saya senang mandi atau menyelam (Istilah yang saya suka sebagai pengganti kata "surfing". hehe) di dunia maya, saya juga tak bisa me-nomordua-kan dunia nyata. The real life is more important you know :D
Kembali ke Aul's Open Home...
Ini mencengangkan. Kenapa blog gak jelas seperti blog ini bisa difollow sampai 300 lebih blogger? Apa sih yang kalian-para-tetangga-yang-baik pikirkan? Mungkin tidak aneh, kalau saja ini adalah blog keren dan super populer dengan postingan yang selalu ditunggu update nya. Mungkin seperti blog bang @Benakribo , atau blog @poconggg , atau blog bang alit @Shitlicious, atau blog kak @Dianarikasari , blog @EvitaNuh ataau blog bagus lain-lain. Tapi ini hanya blog @Aulhome lho, yang belum begitu lama umurnya, pemiliknya masih amatir, dan postingan-postingannya tak punya kualitas sama sekali. HAHA.
Tapi ya...
Terima kasih banyak. Rasanya terima kasih banyak pun tidak cukup, untuk menyampaikan seberapa besar nya kebahagiaan yang saat ini bersemi di gersangnya hati saya.
Terima kasih banyak banyak laaah!
Sudah mau men-follow blog biasa ini. Sudah mau mengomentari setiap post blog biasa ini. Sudah mau berkunjung ke blog biasa ini. Sudah mau melirik link blog biasa ini. Teeriimaaa kaaasiiihh.... hiks hiks T_T Daaan saya tak bisa memberikan apa-apa...
Saya hanya bisa mengucapkan, terima kasih (untuk segalanya).
Saya hanya bisa mengucapkan, permintaan maaf (bila ada yang tak berkenan di hati tetangga sekalian).
Saya hanya bisa mengucapkan, saya senang (karena blog ini bukan apa-apa tanpa para tetangga semua). Saya hanya bisa mengucapkan, saya bangga (karena bisa berada di antara jutaan blogger lainnya)
Sebagai simbol apresiasi saya atas peran serta kalian-para-tetangga-yang-baik sekalian, dengan ini saya serahkan sebuah AWARD...
Dan award ini BERHAK diterima oleh semua followers saya berikut ini...
(yang sudah follow blog ini tapi belum ada nama berikut link blog nya, mohon segera sampaikan. Agar bisa langsung saya tambahkan di sini. Terima kasih atas perhatiannya :)
Mission: Bagikan kepada 5 blog tetangga anda yang berhak untuk menerimanya juga :)
Oh ya...!
Di postingan sebelumnya, saya juga sempat memberikan tantangan tentang menyinggung film favorit anda. Terima kasih kepada semua yang telah ikut berpartisipasi! Saya senaaaaaaaaang sekali #Grumpie Jump.
Satu lagi apresiasi untuk keikut sertaannya :))
Catatan: Ini adalah award "Limited Edition" yang tidak untuk dibagikan kepada blog lain. Ya, karena ini award khusus, hanya dimiliki secara eksklusif oleh beberapa blogger saja di seluruh dunia ini. Dan beberapa blogger itu adalah...
Nyla baker
Rizkimufty
Inggit
AS Oktriwina
Amanda Martadinata
Wina
Guntur
Huda Tula
Salsabila CM
(P.S. Yang sudah ikut menerima tantangan "your favorite film" tetapi belum ada namanya di sini, mohon segera hubungi saya ya, agar dapat segera ditambahkan :)
Untuk Yang Belum Tau Bagaimana Menerima Award:
1. Simpan dan koleksi di komputer. jadi hanya anda yang tahu
2. Dipasang sebagai gadget
3. Dipost dan dikoleksi ke dalam entri.
4. Diabaikan saja. Nggak masalah kok :)
Akhir kata, semoga kita semua tetap bisa berbagi di dunia maya ini lewat blog. Keep Spirit!! See-Yaa! :D hahaaa
In celebrating +300 followers, I invite you-neighbors-all to come and see "Aul's Open Home". Well, it's not too important [for humans]. But seriously, it's really really important for me :) So who cares? Hehe...
Anyway, I will give an addition award, for everyone who receive this mission:
RB Space glasses, Emo Boy Comiks white shirt, Skaters Brown shirt,
"Komunitas Padang Membaca" pin, common bracelet and watch, black jeans.
In the lastest post, someone asked me,
"Kamu Fashionista ya? :)"
Believe or not, i've been waiting this questions for so loong times. I want to answer it immediately. LOL.
I won't say, "Yes I am", guys.
Coz i'm not a fashionista.
I just a boy with Severe NarcissisticDisease (Penyakit Narsis yang Parah. Mungkin juga kronis).
You see, my outfits are not fashionable at all. I just love to take my self in a photos, as what other "Orang-orang narsis" do. Just that.
But, may be I have a lil interest in fashion world. Example, many blogs I often visit Kak Diana Rikasari, Evita Nuh, Kak Kartika, Bang Fai and many others.
The conclusion is, what-or-who-i-am is up to you. But I personally realize, I'm not a fashionista :)
P.S.
Some days ago I got some awards from one of my favorite blogger, Rizkimufty. Makasi banyak kii :D
And i give this 3 awards for some of my new neighbors:
Bang Lucca Yoga, with http://luccayoga.blogspot.com/
Lettha, with http://letthaprincess.blogspot.com/
Kak Nisa, with http://miraculouslumber.blogspot.com/
Guntur, with http://attlantis-kingdom.blogspot.com/
Rizzie, with http://millimetric-mosaic.blogspot.com/
(sebenarnya Rizzie udah lama jd tetangga. Tapi dia udah lama gak aktif ngeblog, dan sekarang punya blog baru lagi:)
Mission: Tag to 5 of your followers.
Aaand, in this opportunity I also wanna say VERY BIG THANK YOU to everyone who sent his/her stories for my online magazine, AOmagz! You Rock! haha.
Hi everyone! Sebelum mulai dengan cerbung Yogie And The Shiny Land saya mau menyampaikan sesuatu dulu nih: MAAF!
Maaf empat hari terakhir saya tak membalas kunjungan + Komentar
teman-teman semua. Tanya kenapa? Hoho. Sejak tanggal 18 Mei lalu saya
LIBUR. Yah, walaupun masih ada kegiatan sedikit-sedikit.
Jadi, hari minggu lalu saya pergi untuk do'a bersama (hari ke-7) . Dan karena kebetulan lagi libur, saya rasa tak ada salahnya untuk menginap di rumah tante 2-3 hari lagi. Dan jadilah!
Tempatnya di kaki gunung merapi, Sumatra barat. That's the point! Saya rasa refreshing sejenak bagus juga buat kesehatan otak. wkwk. Daaan, lari pagi di tempat ini sangat menyenangkan (dan dingin. brr...)
Cukup basa-basinya.
Gak sabar mau baca kan? Hehe.
Here we go!
Masih dimuat di koran yang sama kok. hehe <3
Anyway, untuk yang belum baca edisi sebelumnya, silahkan klik link2 berikut.
( Ringkasan cerita edisi sebelumnya: Yogie mengikuti Gutanana mencari tempat yang lebih aman
dari kejaran prajurit Dark
Kingdom. Serangan demi
serangan berhasil mereka lewati, hingga mereka sampai di Shiny Land,
tempat yang membuat Yogie takjub…)
Gutanana mengerutkan dahinya, “Apa
itu kereenn, barra?”
Yogie tertawa. “Bisa dibilang bagus,
unik, menarik, luar biasa. Yah, semacam penilaian untuk hal-hal tertentu.
Tempat ini misalnya.”
Gutanana diam saja. Sebentar ia menatap
Yogie penuh binar kekaguman. Seulas senyumnya merekah, dari kulitnya yang putih
bersih.
Yogie segera mengalihkan
pandangannya. Entah kenapa, wajahnya mendadak terasa panas, dan ia yakin juga
bersemu merah! Celakanya, situasi saat itu tak bisa dibilang biasa-biasa saja.
Ini terlalu indah, dan agak —ya ampun— romantis!
Nama Shiny Land barangkali bukan sekedar nama asal
jadi, karena tempat itu memang benar berkilauan (shiny). Rumput-rumputnya
berkilauan, seakan-akan disetiap ruasanya terdapat embun yang tak pernah
mengering. Pohon asing tumbuh di mana-mana, juga tak kalah berkilauan, seolah
kulitnya bertabur serpihan berlian. Langitnya tampak lebih cerah, mataharinya
lebih terang, dan danau di ujung sana
seperti puding melon, bercahaya menghijau karena pantulan bayangan tumbuhan di
sekitarnya.
Ada sebuah tumbuhan yang mencolok di antara
yang lainnya, membuat rasa ingin tahu Yogie tak bisa disembunyikan. Ia
mendekati tumbuhan itu. Bila matanya tidak salah, apa yang ia lihat tumbuh
bergerombol di hadapannya adalah boneka bentuk hati —Simbol ‘LOVE’— dengan
warna yang berbeda-beda. Ada
yang hijau dan berukuran lebih kecil, ada yang merah, lalu ada yang pink! Jemari
yogie terulur, ingin mengusap salah satunya yang berwarna pink dan kelihatan
begitu lembut.
(Note: Because backpack is not familiar with my ear, I use "Ransel" word. It has same meaning )
Hi everyone! Before I tell you anything, let me introduce my self first.
My name is Izzue, remember?
Err, I won't tell 'boud me again.
Some days ago, a bandit named Bang Devlin gave Aul a challenge,
to open Aul's ransel and show what stuff he have inside.
"Okey, gw jadi penasaran apa isi tas si Burung Hantu en' Ayam.
DO IT GAISS!"
(Glosarium Burung hantu = Owl = Aul )
SOO, in this opportunity I will show you guys all Aul's stuffs in his ransel.
First, you have to know that his taste is tacky. See his ransel style? ckck
I prefer love Dora's Ransel. It is so fashionable, you know.
And, it can save everything in it without increase the weight. Idiot Aul must buy a ransel like hers.
Hmm... I think it's better if I move the stuffs first.
And I'll explain 'em one by one.
JRENG-JRENG...!! This is it! Huahaha...
The idiot Aul carried this stuffs and stationery everyday.
Look at the colors! Aul loves green and brown!! Disgusting! Isn't pink or purple better?
It's not a chocolate, anyway. It's a pensil box.
He also have some stationery like glue, paperclips, scissors etc.
Besides an idiot, Aul is a childish teen. He save this little animal figures in his ransel.
(He got this from Timezone)
Wallet, Student Card, Insurance Card, Member items.
Oh ya, he also save a Malaysian money (5 RM), and some dandelion seeds.
He said, "No music no life". So that he also carry his mobile and earphone.
And his bussines on internet ask him for always carrying his flashdisk too.
more idiot thing: He called his phone "Cobbie-kun" and his flashdisk "Toshi buu-kun.
(His laptop: Toshibii-kun)
Aul is an idiot, and careless. He forgot he have some money inside the ransel.
Lucky! I got it! Huahaha...
He loves to collect straps (gantungan kunci). These are from many places like Harau Valley, Pariaman City, Padang City, Semarang City, and other countries including malaysia and Singapore.
Well, these accesories are not inside the ransel. Aul uses the different straps every momments.
We will find novel, comik and a little note book here. He always bring it for solving bored-problem.
Sometimes, he also bring his watch, bracelets, Almatsurat and passeo tissue.
Er... I think that're all for now.
See-yaa in the next Cutie Beautie Izzue's Story! Happy Weekend everyone!
Fin
Today's Quote:
"Don't disturb other's stuffs, unless they're 7 milles far from you" -AuL-
P.S.
Yesterday I met Awin from http://Alivia-awin.blogspot.com Actually we meet once per month, coz we're in the same Writer Of Newspaper Organization (and in the same Redaction too). But, yesterday was the first time we met in blogger atmosphere. She asked me for helping her template problem. And after that, she bought me Collonel Sundae ice cream at KFC. yay! Thankies so much, Awin :D
Long time no write poems (puisi).
Since last April right? Sooo, I think it's better if i post some (or one) now in this my home sweet home.
Enjoy! :)
Sayap-Sayap Peri
Waktu itu kau dan senyummu menceritakan aku sebuah dongeng tentang sayap-sayap peri yang berkilauan yang mengepak-ngepak bersama kebahagiaan di setiap pendar cahayanya. Lalu kau membual tentang sayap-sayap yang sama padaku -- di punggungku yang mungil ; Membuatku tertawa bahagia bersama angin senja kala burung-burung kenari pulang ke sarang membawa biji di paruhnya untuk telur-telurnya yang esok menetas.
Kau bilang padaku, saat aku mengepak terbang rendah di atas rumpun-rumpun dandelion aku menerbangkan parasut-parasut mereka ke udara. Kau pun bilang setiap kepakan ku membuat padang rumput yang kulewati berkilau juga, membuat belalang dan kunang-kunang kehilangan pesona yang telah mereka tebarkan di setiap lembar dedaunan dan ujung-ujung dahan kering kerontang semenjak pagi masih buta. Aku tak yakin, sedikitpun. Bilamana jemarimu mengusap punggungku penuh kasih oh ibu, kehangatan menjalar-jalar liar serasa setiap jejak jemarimu terbakar, dan aku merasa benar-benar akan mencuat sepasang sayap peri di punggungku, dan mengepak-ngepak seperti ceritamu kala itu. Apakah benar kan kudapat sayap-sayap peri itu? Ataukah itu hanya sayang yang kau buang di telingaku untuk mengantarku tidur dan berlari-lari segera ke dalam mimpi-mimpiku?