Namaku Oktober.
Dan ya, aku lahir di hari terakhir bulan Oktober, di sebuah desa pinggir lautan. Ayahku seorang pegawai rendahan di depot air minum isi ulang, dan ibuku seorang pencari kerang --yang setiap pagi mengumpulkan kerang-kerangan di pantai serta dataran pasang surut pinggir laut untuk dijual ke pengepul dari sebuah restoran Scallops di pusat perkotaan. Usiaku masih dua belasan, tapi aku telah berhenti mengecap pendidikan karena keadaan. Tapi setidaknya itu sama sekali bukanlah hal yang aku pikirkan karena aku masih punya harapan, aku masih punya impian.
Namaku Oktober.
Walaupun sangat menyukainya, tapi aku tak pernah merasakan sendiri bagaimana kebahagiaan merayakan pesta ulang tahun karena perekonomian keluargaku memang tak akan pernah bisa mewujudkannya. Dulu, aku sempat merasakan kesedihan karenanya. I mean, bocah mana yang tak sedih melihat teman-temannya merayakan ulang tahun mereka di rumahnya dalam warna warni balon, kelucuan badut, kemeriahan games, kelezatan cake serta snack bingkisan, dan oh-ya-ampun: keindahan ritual meniup lilinnya. Sementara aku, hanya di dalam mimpi dapat melakukannya. Jangankan untuk merayakannya, ayah dan ibuku bahkan tak peduli kapan aku dilahirkan ke dunia.
Namaku Oktober.
Sedari kecil ibu sudah mengajarkanku untuk meneruskan usahanya menjadi pencari kerang. Pun ayah, telah sejak dini mendidikku tentang cara membersihkan galon serta mengisi ulang air minum dari kran-kran, agar juga dapat melanjutkan pekerjaannya. Aku sudah bilang bahwa aku ingin menjadi seorang Birthday Party Planner, yang bisa mendapatkan uang karena meng-organize perayaan berbagai pesta ulang tahun. Sejak membaca tentang kesuksesan seseorang dengan profesi itu di majalah, aku terus-menerus menginginkannya. Aku memimpikanya. Namun kedua orangtuaku tak menyukainya.
Namaku Oktober.
Suatu hari ayah memukuliku karena perdebatan tentang merantau ke kota dan mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Birthday Party Planner -- Ya ampun, God knows I love how it sound -- lagi. Ini sudah kesekian kalinya. Dan lagi, ibu hanya diam menyaksikan kemesraan kami, melihat bagaimana bagaimana aku babak belur dihakimi karena berani membantah keinginan kepala keluarga kami. Ayah bilang aku arus berhenti bermimpi. Ayah bilang aku haru mau menjalani takdirku sendiri.
Namaku Oktober.
Malam itu ulang tahunku, hari terakhir bulan Oktober. Dan aku menyalakan lilin yang tak akan pernah bisa kutiup. Lilin yang sangat terang nyalanya, dan membakar habis tempat yang kami tinggali beserta nyawa para penghuninya. Aku mewujudkan mimpiku dan kedua orangtuaku menyertainya. Aku membakar lilin ulangtahun pertamaku, yang juga lilin terbesar yang pernah menyala. Aku akhirnya merayakan oktober pertamaku, sekaligus oktober terakhir yang pernah ada.
-- THE END --
P.S.
I hope you guys like this story!
Lama nggak nulis cermin (Cerita Mini) / FF (Flash fiction) nih. Tiba-tiba aja saya kepengen lagi wkwk
Kalo aku yang menulis cermin ini pasti aku namai ia Juni,
BalasHapuskarna aku lahir bulan Juni :)
Hahahah
HapusNamaku oktober,
BalasHapus:)
fiksimini yah ni..?
Iyaa
Hapusaaaw.. oktober mati bakar diri????
BalasHapusIyaaa
HapusAda kekerenan terselubung dalam cerita mini ini bang.
BalasHapusEntah gue yang hiperbola, atau emang anda menyengajakannya.
Ada rima pada kalimatnya.
Wah, suatu hal yang tidak mudah dan butuh banyak kosakata.
/tepuk tangan untuk kita semua/
prok prok prok.
Hapuskeren aul!
prok prok prok..
HapusMasih pada tidur ya?
@Zahrah Thank youuuu. Seneng dengernya :)
Hapus@Vanisa Thanks shaaa
Hapus@Andi : Apa sih mas
HapusAbah jugak ulang tahun di bulan Oktober Auuul!
BalasHapus*komen kurang signifikan hehe*
Hahahhahaha
HapusOktober, see u next year.
BalasHapusApa sih wkwk
Hapusi'm Nopember, adiknya Oktober....nyimak sambil jalan-jalan ke Rumah maya bang Aulhowler, kali aja dapat inspirasi
BalasHapusApa sihhh
Hapusselamat di november
BalasHapusselamat datang kondangan nikah >.<
cerita bagus mas
Apa sihhhhhhhhhhhh
HapusWih, tokoh Oktober ini gila juga. Kemudian ingat cerpen Kebakaran gue yang berakhir serupa. Keren! Jadi makin seru bikin tulisan-tulisan fiksi gini. Wahaha.
BalasHapusThank you!
HapusYang mana ituuu mau baca dong mass
bagus ni mas penyusunan kata dan kalimatnya! top!
BalasHapusWah, makasih banyak mas
Hapusyaaah jadi sedih dong kalau ini oktober yang terakhir, tapi keren cerminnya
BalasHapusHihihi
HapusThank you mbak!
aku juga lahir di bulan oktober pada suatu malam jumat legi, tapi namaku bukan oktober
BalasHapusNgok -__-
HapusOctober has the own story and it's special.
BalasHapusxx,
Kiko Kim
Yes indeed
HapusEndingnya ngeri euy. Jadi pengin nulis fiksi lagi. Udah lama banget ga nulis. Hehe
BalasHapusIya hehehe
HapusAyo nulis lagi mbakk
Kasian sama oktober harus dipukuli sama kepala keluarga :(
BalasHapusYang tabah oktober. Btw menyentuh bang cerita mininya apalagi dilanjut ke cerita pendek terus ke cerita panjang :D
Iya huhuhu
Hapusyang tabah gimana mas doi udah wafat kan
hahaha ditampung sarannyaaa
dia nyalain dynamite ya bukannya lilin :O
BalasHapus*ngebayangin
great story
ffnya aul bagus2 deh
AAAKKKK
HapusTerima kasih kakkk
Padahal aku udah berencana nggak mau nulis cerpen/cerbung/cermin (flash fiction) lagi gara-gar akomen pengunjung pada nggak nyambung terus tiap bikin cerita wkwkwk
Hihihihihihihi
BalasHapusTosss!*
Thank youuuu
Sennagnya heehehehe
menarik mas
BalasHapusthanks
Hapus