Ringkasan edisi sebelumnya:
Amanda si kembang sekolah menghina gue sebagai cewek murahan di depan kelas, hanya karena gue nggak sengaja ngomong sama pacarnya. Gila aja! Detik itu juga kami terlibat peristiwa menegangkan dimana gue yang menang dengan skor 1-0; plus bekas tamparan di pipinya. Celakanya Bu Fira masuk dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa sempat dengerin penjelasan gue. Dan sekarang gue harus berhadapan dengan Bu Nani si guru BP sadis. She's gonna kill me, I think.
"Sudah merasa jadi jagoan, Kamu? Berani menampar anak orang?"
"Tapi, Bu..."
"Kamu tahu kan, bahwa sekolah ini sangat menentang tindakan kekerasan seperti itu?" tanya Bu Nani dengan nada makin tinggi.
"Iya, Bu. Saya tahu. Tapi kan..."
"Lalu kenapa kamu lakukan itu kalau kamu sudah tahu? Otak kamu di mana hah?"
Gue benci sekolah ini. Apa semua orang di sini bisa dengan mudah nya merendahkan orang lain dengan perkataan kasar semacam itu? Ngeselin banget. Kalau aja yang di depan gue ini bukan guru. Nasibnya akan sama dengan Amanda. Gue masih sanggup mengeluarkan satu tamparan lagi kalo perlu. Untungnya gue masih tau kalau itu perbuatan yang nggak baik dan lagipula itu pastinya akan bikin gue dikeluarin dari sekolah. Tangan gue terasa memanas, tapi segera gue sembunyikan ke belakang.
Dan kalau aja seandainya gue nggak punya misi di sekolah ini...
"Maaf, Bu. Saya akui, Myca memang udah melakukan kekerasan pada Amanda. Tapi Dia kan hanya membela diri? Amanda yang memulai. Dia menghina Myca hanya karena Myca bicara pada Saya. Dan perkataan Ibu tadi agak kasar, menurut Saya."
Seorang murid cowok tiba-tiba bersuara dari depan pintu ruang BP yang terbuka. Itu orang yang katanya pacar Amanda. Gue bahkan nggak tau namanya siapa. Hell No! Berarti dia orang yang memicu masalah ini. Di sebelahnya berdiri murid cowok lain yang juga nggak gue kenal. Rambutnya awut-awutan dan senyumnya aneh.
Amanda terbelalak. "Masa Kamu belain dia, Mark? Kamu kan liat sendiri dia nampar Aku!"
"Iya, Bu. Kami juga melihat anak ini menampar Amanda!" tambah Samila. Dua temannya mengangguk. "Markie, harusnya Kamu belain pacar Kamu sendiri!"
"Tapi kan Kamu yang menghina Myca duluan?" ujar Markie.
"Kamu nyalahin Aku? Jelas-jelas dia yang kecentilan gangguin kamu! Aku cuma korban!"
Gue membelalakkan mata ke arah Amanda. "Tapi kan Elo yang...."
"DIAAAAAM!!!! JANGAN RIBUT DI DEPAN SAYA!!"
Bu Nani makin murka. Seketika semua orang di ruangan ini menunduk dan nggak berani bersuara. Amanda menitikkan air mata lagi sambil memegangi pipinya. Sial. Akting yang bagus. Gue jelas kalah telak. Kedudukan kami seri.
Bu Nani mengatur napasnya agar ia kembali tenang. "Myca, sekarang Kamu harus minta maaf pada Amanda. Dan Kamu saya hukum membersihkan seluruh toilet seminggu penuh. Kamu mengerti!?"
"Tapi Bu..."
"Ini nggak adil, Bu." Tambah Markie.
"Kalau begitu Kamu dihukum juga. Dengan hukuman yang sama. Sekarang kalian semua silahkan keluar dari ruangan ini sebelum semuanya saya hukum!"
Amanda dan komplotannya keluar dari ruangan BP. Tapi Gue dan Markie masih bertahan.
"Bu, Saya mohon dengarkan Saya dulu.."
"Tolong cepat keluar. Saya ada urusan lain!!"
"Bu, Saya mohon..."
"KELUAR KAMU SEKARANG!!
Ia berteriak lebih keras dari yang tadi. Gue kaget bukan main. Tanpa sadar, jari telunjuk Gue mengacung ke arah Bu Nani.
Tiba-tiba Bu Nani melotot. Wajahnya seketika memerah dan ia memegangi dadanya dengan napas tersengal.
"Lari!!" Ujar cowok berambut awut-awutan yang tadi berdiri di pintu.
Segera ia menarik tangan gue dan kami mulai berlari melewati lorong dan koridor-koridor sekolah menuju gudang sekolah. Siapa cowok ini? Kenapa ia membawa gue ke gudang?
Kami memutar menuju bagian dinding belakang gudang. Cowok itu menyentuh salah satu dinding dengan jari telunjuknya dan ia menyeret gue; menembus dinding!!!
Seketika gue merasa pusing. Sekeliling gue tiba-tiba terasa berputar-putar, kemudian sekonyong-konyong kami sudah berada di tengah sebuah jembatan kayu panjang di antara padang rumput penuh semak tinggi.
"Dimana ini?" Gue berbisik pelan.
Amanda si kembang sekolah menghina gue sebagai cewek murahan di depan kelas, hanya karena gue nggak sengaja ngomong sama pacarnya. Gila aja! Detik itu juga kami terlibat peristiwa menegangkan dimana gue yang menang dengan skor 1-0; plus bekas tamparan di pipinya. Celakanya Bu Fira masuk dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa sempat dengerin penjelasan gue. Dan sekarang gue harus berhadapan dengan Bu Nani si guru BP sadis. She's gonna kill me, I think.
"Sudah merasa jadi jagoan, Kamu? Berani menampar anak orang?"
"Tapi, Bu..."
"Kamu tahu kan, bahwa sekolah ini sangat menentang tindakan kekerasan seperti itu?" tanya Bu Nani dengan nada makin tinggi.
"Iya, Bu. Saya tahu. Tapi kan..."
"Lalu kenapa kamu lakukan itu kalau kamu sudah tahu? Otak kamu di mana hah?"
Gue benci sekolah ini. Apa semua orang di sini bisa dengan mudah nya merendahkan orang lain dengan perkataan kasar semacam itu? Ngeselin banget. Kalau aja yang di depan gue ini bukan guru. Nasibnya akan sama dengan Amanda. Gue masih sanggup mengeluarkan satu tamparan lagi kalo perlu. Untungnya gue masih tau kalau itu perbuatan yang nggak baik dan lagipula itu pastinya akan bikin gue dikeluarin dari sekolah. Tangan gue terasa memanas, tapi segera gue sembunyikan ke belakang.
Dan kalau aja seandainya gue nggak punya misi di sekolah ini...
"Maaf, Bu. Saya akui, Myca memang udah melakukan kekerasan pada Amanda. Tapi Dia kan hanya membela diri? Amanda yang memulai. Dia menghina Myca hanya karena Myca bicara pada Saya. Dan perkataan Ibu tadi agak kasar, menurut Saya."
Seorang murid cowok tiba-tiba bersuara dari depan pintu ruang BP yang terbuka. Itu orang yang katanya pacar Amanda. Gue bahkan nggak tau namanya siapa. Hell No! Berarti dia orang yang memicu masalah ini. Di sebelahnya berdiri murid cowok lain yang juga nggak gue kenal. Rambutnya awut-awutan dan senyumnya aneh.
Amanda terbelalak. "Masa Kamu belain dia, Mark? Kamu kan liat sendiri dia nampar Aku!"
"Iya, Bu. Kami juga melihat anak ini menampar Amanda!" tambah Samila. Dua temannya mengangguk. "Markie, harusnya Kamu belain pacar Kamu sendiri!"
"Tapi kan Kamu yang menghina Myca duluan?" ujar Markie.
"Kamu nyalahin Aku? Jelas-jelas dia yang kecentilan gangguin kamu! Aku cuma korban!"
Gue membelalakkan mata ke arah Amanda. "Tapi kan Elo yang...."
"DIAAAAAM!!!! JANGAN RIBUT DI DEPAN SAYA!!"
Bu Nani makin murka. Seketika semua orang di ruangan ini menunduk dan nggak berani bersuara. Amanda menitikkan air mata lagi sambil memegangi pipinya. Sial. Akting yang bagus. Gue jelas kalah telak. Kedudukan kami seri.
Bu Nani mengatur napasnya agar ia kembali tenang. "Myca, sekarang Kamu harus minta maaf pada Amanda. Dan Kamu saya hukum membersihkan seluruh toilet seminggu penuh. Kamu mengerti!?"
"Tapi Bu..."
"Ini nggak adil, Bu." Tambah Markie.
"Kalau begitu Kamu dihukum juga. Dengan hukuman yang sama. Sekarang kalian semua silahkan keluar dari ruangan ini sebelum semuanya saya hukum!"
Amanda dan komplotannya keluar dari ruangan BP. Tapi Gue dan Markie masih bertahan.
"Bu, Saya mohon dengarkan Saya dulu.."
"Tolong cepat keluar. Saya ada urusan lain!!"
"Bu, Saya mohon..."
"KELUAR KAMU SEKARANG!!
Ia berteriak lebih keras dari yang tadi. Gue kaget bukan main. Tanpa sadar, jari telunjuk Gue mengacung ke arah Bu Nani.
Tiba-tiba Bu Nani melotot. Wajahnya seketika memerah dan ia memegangi dadanya dengan napas tersengal.
"Lari!!" Ujar cowok berambut awut-awutan yang tadi berdiri di pintu.
Segera ia menarik tangan gue dan kami mulai berlari melewati lorong dan koridor-koridor sekolah menuju gudang sekolah. Siapa cowok ini? Kenapa ia membawa gue ke gudang?
Kami memutar menuju bagian dinding belakang gudang. Cowok itu menyentuh salah satu dinding dengan jari telunjuknya dan ia menyeret gue; menembus dinding!!!
Seketika gue merasa pusing. Sekeliling gue tiba-tiba terasa berputar-putar, kemudian sekonyong-konyong kami sudah berada di tengah sebuah jembatan kayu panjang di antara padang rumput penuh semak tinggi.
"Dimana ini?" Gue berbisik pelan.
(Bersambung)
====== / / / ======= / / /=======
Halo.
ini adalah proyek terbaru saya: Menulis cerbung langsung dalam 30 menit
tanpa tambahan waktu untuk re-check atau editing. Ini salah satu cara
saya untuk menyalakan lagi mesin imajinasi saya yang telah lama berdebu
dan usang. Sayangnya, untuk bagian kedua ini saya menghabiskan waktu hampir 60 menit. #MissionFailed :'(
Tapi nggak apa-apa lah ya? Semoga di bagian selanjutnya bisa lebih cepat. Wish me luck for this. Please gimme critics and comments!
Tapi nggak apa-apa lah ya? Semoga di bagian selanjutnya bisa lebih cepat. Wish me luck for this. Please gimme critics and comments!
Picture by: Felix
Bagus Aul, tapi coba sekali-kali nulis cerpen Islami, buakn teenlit! :)
BalasHapusjuarak
BalasHapuskeren dan menghibur. itu gambar ngambil sendiri ya? joss!!
BalasHapusKeren loh, Aul! Ngga nyangka bakalan gitu. Hihihi.. Lanjuuuuuut :D
BalasHapuskeren banget kang, ceritanya ngga mudah ditebak...endingnya juga manis
BalasHapusmantap. ayo kirim ke penerbit
BalasHapuskeren, menulis fiksi dilakukan secara spontan!
BalasHapussebelum baca yang unwanted part 2 saya ke part 1 nya dulu...belum tuntas bacanya, udah ngga tahan pengen komentar...:D
BalasHapuspart 1 nya yang mana nih, belum bisa nyambung kalau baca yang part 2... bentar masih nyari di arsib bang au....
BalasHapusSO NICE!!!!!!!!!! I LOVE IT!
BalasHapusXOXO
Os recuerdo que teneis un nuevo look que fisgar. ¡perfecto para el fin de semana!
http://sobreviviendoalamoda.blogspot.com.es/
hi. Aul :) thank u for dropping by... I wish I could read ur cerbung soon as I am in hurry now......have a nice day :)
BalasHapus